Perlu Gebrakan Monumental Pengembangan Pariwisata

1komisi III ke Buper5rr

Ketua komisi III DPRD Purbalingga Hartoyo, SH mengusulkan perlunya melalukan gebrakan yang ekstrem dan monumental untuk pengembangan pariwisata di Purbalingga. Gebrakan ini perlu dilakukan karena persaingan antar daerah dalam pembangunan obyek wisata dalam beberapa tahun terakhir semakin ketat.

“Dengan memperhatikan persaingan dan pertumbuhan obyek wisata dalam empat tahun terakhir ini, saatnya Purbalingga perlu kembali melakukan pembangunan obyek wisata yang monumental dan memiliki daya tarik lagi. Obyek yang monumental belum tentu jelek,” kata Hartoyo saat melakukan kunjungan kerja di Bumi Perkemahan Munjuluhur, Kecamatan Bojongsari, Selasa (24/9).

Rombongan komisi III diterima oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Drs Akmad Khotib, M.Pd, Kepala Bidang Pariwisata Ir Prayitno, M.Si, dan Kasi Sarana & Prasarana Wisata  RR Sri Mulyani, BSc.

Hartoyo mencontohkan, ketika kepemimpinan Bupati Triyono Budi Sasongko, ada gebrakan monumental untuk membangun Owabong, kemudian disusul Reptil Park dan sejumlah obyek lain. Ketika itu memang banyak pihak yang menyangsikan keberhasilan obyek wisata itu, namun kenyataannya sekarang jutsru pembangunan yang monumental itu menjadi obyek wisata unggulan di Purbalingga.

“Kami sudah menyarankan kepada wakil bupati (Sukento Ridho Marhaendrianto-red), untuk melakukan terobosan ini. Misalnya mengembangkan obyek wisata Goa Lawa atau Bumi Perkemahan Munjuluhur agar memiliki daya tarik lagi,” katanya.

Menurut Hartoyo, perkembangan pariwisata di Purbalingga tidak hanya bisa disimpulkan dari meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang disetorkan ke kas daerah. Tetapi juga jumlah wisatawan yang datang dan bisa menikmati obyek wisata di Purbalingga. Disisi lain, Hartoyo menyatakan, meningkatnya PAD dari suatu obyek wisata juga harus diimbangi dengan pembangunan infrastruktur yang memadai dan penambahan fasilitas lainnya.

“PAD Buper Munjuluhur sejak tahun 2010 mengalami tren yang terus meningkat. Namun, kami melihat biaya operasional untuk pembenahan buper masih jauh dibawah pendapatan yang disetorkan ke kas daerah. Kami akan memperhatikan kondisi ini dan menjadi catatan untuk penyusunan anggaran tahun 2014,” katanya.

Hartoyo juga menyarankan pentingnya biaya promosi obyek wisata ke luar daerah secara terus menerus agar tidak kalah bersaing dengan obyek wisata di lain daerah. “Setelah pembenahan dilakukan, Pemkab perlu gencar melakukan promosi,” saran Hartoyo.

Tetap Dikelola Dinbudparpora

Dibagian lain menyangkut soal pengelolaan Buper Munjuluhur, Hartoyo menyatakan lebih sependapat tetap dikelola Dinbudparpora. Dengan memperhatikan landasan hukum dan kajian yang dilakukan, pengelolaan Buper Munjuluhur sebaiknya  tetap oleh SKPD yakni Dinbudparpora. Sedang pengelolaan adventure zone yang semula dikelola pihak ketiga sejak 2005, keputusan bupatinya  perlu ditinjau kembali.

Sementara itu, anggota komisi III lainnya, Aris Widiarso menyatakan sebelum pembangunan fasilitas yang monumental, pembenahan fasilitas dasar di Buper mendesak untuk dilakukan. Aris mencontohkan, untuk fasilitas MCK, 1 MCK untuk 15 anak, jika di Buper yang berfungsi hanya 26 dari 44 MCK yang ada, maka hanya mampu dipakai oleh sekityar 300 anak. “Komisi III akan memperhatikan pembenahan fasilitas dasar Buper, hal ini karena Buper juga sebagai salah satu sumber PAD,” kata Aris Widiarso.

Yusro, yang juga anggota komisi III menyarankan perlunya memanfaatkan energi matahari sebagai sumber energi lampu dengan teknologi solar sel. “Mungkin sejumlah perusahaan bisa memberikan sebagian CSR (Corporate Social Responsibilty)-nya guna membangun solar sel di buper,” sarannya.

Kepala Dinbudparpora, Akhmad Khotib menyatakan siap melakukan inovasi terhadap perkembangan pariwisata di Purbalingga. Namun, inovasi itu perlu pula dukungan anggaran untuk penambahan sejumlah fasilitas dan pembenahan fasilitas yang ada. “Kami sudah menyusun konsep Buper sebagai pusat rekreasi edukatif khususnya untuk anak-anak dan remaja,” kata Khotib.

Khotib mencontohkan, pengembangan buper bisa dilakukan dengan menambah fasilitas track sepeda, jogging track, mobil mini, lapangan olah raga, gazebo, warung apung, kolam pemancingan, pusat budaya, ruang curah ide dan sejumlah fasilitas lain lainnya. “Kelak setelah pengembangan ini, kita ikuti dengan promosi yang gencar untuk meningkatkan kunjungan,” katanya.

Sementara itu Kabid Pariwisata, Prayitno menyatakan, PAD Buper Munjuluhur pada tahun 2010 ditarget Rp 53,6 juta dan mampu direalisasi sebesar Rp 59,5 juta, kemudian 2011 target Rp 60,5 juta mampu disetor Rp 75,2 juta. Tahun 2012 target Rp 61 juta dan dapat terealisasi Rp 106,5 juta. Untuk tahun 2013 ini target Rp 150 juta, dan hingga bulan Agustus telah disetor Rp 75,1 juta.

“Pengelolaan Buper Munjuluhur dalam tahun ini tersedia anggaran Rp 29,6 juta untuk memelihara sejumlah gedung dan areal buper seluas 14,5 hektar dengan dukungan lima karyawan. Meski anggaran boleh dibilang relatif kecil, namun kami tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mencapai target pendapatan dan pelayanan kepada pengunjung,” tambah Prayitno. (y)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *