KONGGRES GUNUNG
Secara geologis, alam Indonesia berada diantara lintasan jalur pegunungan sirkum pasifik dan mediterania. Juga terletak di zona pertemuan lempeng Eurasia, Indo Australia dan lempeng Pasifik yang aktif. Kondisi ini menjadikan indonesia memiliki deretan panjang gunung api yang sering disebut sebagai ‘ring of fire’ di sepanjang Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sulawesi.
Rangkaian kisah dan peristiwa yang terjadi dalam interaksi antara alam dan manusia di Indonesia, menjadi bahan perbincangan yang hampir tidak putus sepanjang tahun. Indonesia merupakan surga bagi para penikmat eksotika alam khatulistiwa yang sangat indah dan subur, sebagai tempat tumbuhnya berbagai flora dan fauna yang sangat kaya. Berbagai potensi kesejehteraan dan kemakmuran bagi manusia terhampar dengan sempurna, baik sebagai sumber pangan, air, energi, dan mineral, serta sumber keindahannya untuk dinikmati berwisata.
Namun demikian, dibalik eksotisme dan kemolekan alam yang nampak, tersembunyi ancaman sebagai negeri diatas bencana. Kejadian bencana alam terjadi secara berulang mengakrabi kehidupan masyarakatnya. Indonesia sangatlah rentan terpapar bencana, baik bencana geologis, oseonologis, meteorologis maupun gabungannya. Sebagian bencana tersebut merupakan proses alami yang tidak ada peran manusia seperti gempa, gunung meletus dan tsunami.
Sebagian lagi terjadi akibat proses yang terkait langsung dengan aktifitas manusia seperti banjir, kekeringan, dan longsor. Ketidak harmonisan hubungan manusia dengan alam yang ditunjukan dengan perilaku eksploitatif seperti penggundulan hutan, pemanfaatan lereng untuk pertanian intensif, penambangan, alih fungsi catchment area, aktifitas pariwisata yang tidak ramah lingkungan, serta aktifitas lain yang memicu kerusakan ekosistem lereng gunung, mengakibatkan banjir dan longsor di musim penghujan serta berkurangnya sumber air di musim kemarau.
Dalam konteks antisipasi dan mitigasi terhadap bencana, Indonesia harus memiliki sistem manajemen bencana yang terarah mulai dari pra bencana hingga pasca bencana. Pemerintah dan masyarakat harus miliki pengetahuan yang cukup memadai tentang bencana sehingga mampu bekerja mengurasi resiko jumlah korban akibat bencana alam.
Dari berbagai hal tersebut diatas, menjadi landasan bagi Pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam menginisiasi penyelenggaraan Kongres Gunung, dengan memadukan : (1) upaya mitigasi bencana dalam mengurangi timbulnya korban bencana terkait gunung; (2) upaya pelestarian ekosistem gunung secara teknis, ekologis dan budaya guna mengurangi kejadian bencana; serta (3) upaya pemanfaatan gunung secara berkelanjutan sebagai sumber kemakmuran bagi manusia.
Secara nasional, Konggres Gunung ini diharapkan mampu menjadi pencetus tindakan kongkrit terhadap upaya pelestarian alam maupun perlakuan yang semestinya pada gunung untuk mewujudkan gunung sebagai sumber kemakmuran manusia. Sekaligus untuk menguatkan kesadaran dan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan sistem manajemen penanganan bencana.
Dengan Tema : “MASA DEPAN GUNUNG, DALAM PENGELOLAAN GUNUNG SEBAGAI ANCAMAN DAN SUMBER KEMAKMURAN MANUSIA”
Yang bertujuan untuk :
- Membangun komitmen untuk menjalankan sistem manajemen bencana sehingga mampu mengurangi kerugian materi maupun jiwa manusia sehubungan dengan bencana terkait gunung.
- Mencetuskan langkah dan tindakan kongkrit dalam upaya pelestarian lingkungan / ekosistem gunung melalui pendekatan teknis, ekologis dan budaya (penanaman bibit pohon untuk yang mau nikah, membentuk desa Siaga, dll).
- Sebagai ajang berbagi pengalaman baik / good practices tentang upaya pemanfaatan gunung secara berkelanjutan sebagai salah satu sumber kesejahteraan bagi kehidupan manusia
TANGGAL PELAKSANAAN:
Rabu , 14 Desember 2014 – KongresGunung
Tempat : Gedung Base Camp Pendakian Gunung Slamet, Bambangan – Desa Kutabawa – Kec .Karangreja – Kab. Purbalingga
Waktu : 07.00 – 21.00