Goa Lumpur Ditemukan di Areal Persawahan Karangreja
PURBALINGGA – Masyarakat Desa Karangreja, Kecamatan Karangreja menemukan sebuah lubang yang diyakini sebagai goa. Gua tersebut berada di area persawahan bengkok kepala desa. Lokasi penemuan goa berjarak sekitar 3 kilometer dari Goa Lawa di Desa Siwarak, Karangreja.
Penemuan goa ini bermula saat Sarif Priyatno, warga setempat hendak mengambil batu di pertengahan sawah. Namun, linggis yang ia pakai masuk terlalu dalam. Sehingaa ia mencoba kembali mencongkel bebatuan yang yang di anggap mudah. “Ternyata tanah di sekitar ambruk ke bawah. Sedangkan batu yang baru saya congkel masuk ke dalam terowongan yang mirip gua,” kata Sarif.
Menyusul ditemukannya goa di Desa Karangreja, Kecamatan Karangreja, Pemerintah Kabupaten Purbalingga melakukan penelitian awal di goa tersebut. Tim dari Bidang Pariwisata, Bidang Kebudayaan Dinbudparpora (Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga), Bidang Energi Sumberdaya Mineral/ESDM Dinas Pekerjaan Umum (DPU), dan Paguyuban Wisata Purbalingga (Wisbangga), Kamis (27/2) melakukan eksplorasi ke dalam gua.
Tiga orang dari Wisabangga yang dipimpin Safii berhasil masuk hingga kedalaman sekitar 20 meter dari mulut gua. Dari pemetaan lobang didalam gua, terdapat dua jalan. Setelah masuk hingga kedalaman 12 meter dengan cara merangkak diatas Lumpur, terdapat lubang menuju sisi kanan. Lubang ini diduga menuju aliran sungai karena air dari persawahan masuk kedalam gua dan selanjutnya masuk ke dalam lubang sisi kanan.
“Untuk lubang sisi kiri, jaraknya diperkirakan masih panjang, namun baru bisa dijangkau sekitar 20 meter. Jarak dasar lumpur dengan dinding atas gua sekitar 30 – 40 centimeter. Posisi tubuh hanya bisa cara merayap,” ujar Safei.
Safei menambahkan, lubang goa sisi kiri masih dipenuhi lumpur. Kemungkinan ketebalan Lumpur sekitar dua meter. “Jika Lumpur dikeruk, kami perkirakan baru bisa dilewati dengan posisi tubuh berjalan,” ujar Safei.
Kepala Bidang Pariwisata Ir Prayitno, M.Si yang dihubungi di lokasi mengungkapkan, temuan lobang tersebut memang berupa goa. Batuan penyangga lubang bukan merupakan bekas galian batu, tapi terbentuk alami dari lava gunung berapi yang mengeras ratusan tahun silam. Batuannyanya sama dengan batuan di Goa Lawa.
“Kemungkinan di wilayah sisi timur Gunung Slamet, termasuk di wilayah Karangreja terdapat lava yang mengeras dan didalamnya berlubang membentuk gua. Hal ini seperti ketika ditemukan Gua Lawa pada sekitar tahun 1970-an silam,” ujar Prayitno
Dikatakan Prayitno, ketika tim menjangkau kedalaman gua hanya membawa perlatan lampu senter dan tali pengaman. Tim memprediksi keberadaan oksigen dengan melihat aliran air yang masuk kedalam gua. “Tim belum bisa menjangkau ke seluruh rongga didalam gua karena kondisi yang gelap dan ruang gerak yang terbatas,” katanya.
Ketika ditanya, apakah penemuan goa itu bisa menjadi tempat wisata baru?, Prayitno menyatakan segala kemungkinan bisa saja. Seperti halnya saat penemuan Gua Lawa tahun 1970-an yang berada di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja. Saat ditemukan juga masih tertutup Lumpur dan ketika itu belum terpikirkan akan dijadikan obyek wisata. “Masih perlu waktu panjang untuk menjadikan tempat wisata. Tahap awal perlu dipetakan dahulu kondisi gua tersebut,” kata Prayitno.
Prayitno menambahkan, pihaknya memprediksi temuan goa tersebut terbentuk akibat lava yang membeku. Proses ini terkait dengan proses aliran magma yang encer-panas-membara yang keluar dari kawah gunung api. Ketika magma keluar dari kawah, ia akan mengalir di permukaan menuruni lembah sebagai aliran lava Tentu saja aliran lava ini masih sangat panas membara dalam suhu sekitar 1.000 derajat Celsius. Tetapi ketika keluar, segera lava ini kontak dengan suhu udara normal dan lava mulai membeku.
Bagian yang membeku dan mengeras lebih dulu adalah bagian permukaan, sementara bagian dalam masih bisa mengalir ke arah lereng bawah. Maka ketika seluruh bahan lava yang masih mengalir di bagian dalam keluar di lereng bawah, akan menyisakan lubang yang di batasi oleh lapisan lava yang mengeras lebih dahulu di permukaan. “Lubang ini yang akhirnya disebut sebagai gua. Sama halnya ketika proses terjadinya gua Lawa,” tambahnya. (y)