Dianggap Tak Menarik, Tari Rakyat Makin Tersisih

Seni Tari Aplang, dipentaskan oleh Sanggar Seni Sari Ratri Kutasari salah satu penerima progra revitalisasi seni Dinbudparpora.2

Dianggap tak menarik, sejumlah tari rakyat yang pernah berkembang di wilayah Purbalingga keberadaanya makin tersisih oleh seni modern. Apalagi banyak diantara pelaku seni rakyat yang memang sudah berusia tua, tak lagi mampu melanjutkan kiprahnya dalam melestarikan seni tersebut.

“Memang seni rakyat kebanyakan memiliki ciri-ciri, gerakan yang sederhana dan durasi penampilannya cukup lama sehingga membosankan. Sangat berbeda dengan seni modern yang cenderung energik dan bervariasi,” ungkap Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan pPariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Drs Sri Kuncoro, di sela-sela Pawai Budaya dalam rangka Hari Jadi ke-183 Kabupaten Purbalingga, di komplek Alun Alun Selatan, Minggu (29/12).

Menyadari kondisi tersebut, Dinbudparpora Purbalingga mulai melakukan program  revitalisasi seni pertunjukan rakyat. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya pembinaan dan pelestarian seni tradisional yang berkembang di masyarakat.

Tahun ini, lanjut Kuncoro, telah dilakukan program revitalisasi 5 jenis seni tari rakyat, yakni tari rakyat Aplang, tari Daeng, Rodat, angguk dan kuda kepang. Program ini dilakukan oleh generasi muda dan digarap  sedemikian rupa, penuh dinamis dan energik. Harapanya, akan disukai generasi muda sehingga mampu berkembang dan lestari.

“Hasil dari program ini kita tampilkan dalam Pawai Budaya. Pelakunya para pelajar dan generasi muda sejumlah sanggar seni,” jelasnya.

Program revitalisasi seni rakyat dilaksanakan di Sanggar Tari Sari Ratri Kutasari dengan revitalisasi tari Aplang, kemudian tari Angguk oleh Sanggar Tri Manunggal Budaya desa Kembangan, Bukateja, tari Daeng oleh SMA Negeri 1 Bobotsari, tari Rodat SMK Negeri 1 Kutasari dan Kuda Kepang oleh STM YPT 2 Purbalingga.

“Revitalisasi kesenian akan kita selenggarakan terus dan kita tingkatkan setiap tahunnya. Tahun ini lima kesenian, tahun besok sepuluh dan seterusnya,” terang Kepala Dinbudparpora Drs Akhmad Khotib MPd

Ditanya keberlanjutan kegiatan pawai budaya, menurut Khotib, akan diselenggarakan rutin tiap tahun dengan thema yang berbeda. Perbedaan itu, katanya, merevitalisasikan kebudayaan yang ada di pelosok Purbalingga.

“Ini jalan menuju Purbalingga yang mempunyai jati diri budaya Purbalingga. Termasuk juga untuk mendukung terus berkembangnya budaya Jawa Tengah dan Indonesia,” jelasnya.

Pawai budaya tahun ini diikuti oleh sedikitnya 80 peserta. Terdiri dari peserta pelajar atau sekolah sebanyak 35 utusan, program revitalisasi seni tradisional 5 kelompok, kecamatan dan gabungan perangkat 36 kelompok serta peserta BUMD sebanyak 4 kelompok.

Yang istimewa, pelasanaan Pawai Budaya kali ini, dihadiri Gubernur Jawa Tengah bersama Ny Siti Atikoh Ganjar Pranowo. Sayangnya, Gubernur Ganjar Pranowo tidak bisa menyaksikan pawai hingga usai, karena harus melanjutkan kunjungan kerja di Kabupaten Banjarnegara.

Selain Ganjar Pranowo, peserta pawai diterima Bupati Purbalingga Drs Sukento Rido Marhaendrianto MM, Ketua DPRD H Tasdi SH MM, dan jajaran Muspida. Kegiatan ini sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur atas pelantikan Sukento sebagai Bupati devinitif oleh Gubernur Ganjar Pranowo, Sabtu (28/12) kemarin. (Hr)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *