Wisatawan Berebut Gunungan Hasil Bumi
PURBALINGGA – Ratusan wisatawan berebut gunungan yang berisi berbagai macam hasil bumi di Obyek Wisata Air Bojongsari (Owabong). Selain itu, dua buah nasi tumpeng juga menjadi santapan bersama. Prosesi tradisi Resik Sumber dan Ruwat Bumi menjadi hiburan tersendiri para wisatawan yang tengah menikmati Owabong, Minggu (22/6).
Prosesi Resik Sumber dan Ruwat Bumi Owabong dimulai dari balai Desa Bojongsari. Dengan berjalan sekitar dua kilometer, peserta prosesi disambut meriah oleh warga sekitar dan juga pengunjung Owabong. Barisan terdepan terdiri dari cucuk lampah, kemudian marawis, punggawa, tujuh orang putri sumber, pasukan berkuda, kereta kencana, pasukan gunungan, punggawa dan pengawal. Pada karnaval itu juga dimeriahkan pamong desa Bojongsari dan Karangbanjar, siswa-siswi SDN 1 dan 2 Bojongsari, SMKN 1 Bojongsari, MTS Yappi Bojongsari, thek-thek Pampari, Pokdarwis Bojongsari, pramuka Saka Pariwisata, karang taruna, paguyuban ebeg Bojongsari dan drum band SMPN 1 Bojongsari.
Iring-iringan itu berakhir di sebuah sumber dibawah pohon beringin yang berada di Owabong. Usai iring-iringan, gunungan hasil bumi berupa sayuran menjadi rebutan pengunjung Owabong. Begitu pula duah buah tumpeng dinikmati oleh pengunjung. Prosesi selanjutnya dengan dibawanya air dari tujuh mata air yang menjadi sumber air di Owabong. Tujuh kendi air itu dimasukan dalam satu gentong besar. Tujuh putrid pembawa air itu satu persatu menumpahkan air kedalam genthong, Setelah didoakan, air yang diyakini membawa berkah itu, pertama kali disiramkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Akhmad Khotib dan disiramkan ke Direktur Owabong Wisnu Haryo Danardono. Air itu juga menjadi rebutan para pengunjung dan warga sekitar. “Air tujuh mata air itu diyakini menjadi berkah. Air itu juga yang menghidupi Owabong dan masyarakat sekitar,” ujar Humas Owabong, Agus Dwiyantoro.
Dijelaskan Agus, sumber mata air Owabong berasal dari tujuh tempat, masing-masing mata air (tuk) Mudalsari (Kali Wadon), Tuk Cidomas, tuk Cikupel (kali Lanang, tuk Batu Kambang, tuk Cipawon, tuk Cidandang, dan tuk gombangan. “Tujuh sumber mata air ini memiliki kisah sendiri dan semuanya membawa berkah bagi masyarakat,” kata Agus Dwiyantoro.
Sementara itu, Dirut Owabong Wisnu Haryo Danardono mengungkapkan, salah satu tradisi dan adat istiadat masyarakat disekitar Obyek Wisata Air Bojongsari adalah “Bersih Sumber & Ruwat Bumi Owabong. “Makna yang hakiki daripada bersih sumber sebenarnya adalah bersih diri manusia, yaitu bersih hati, pikiran dan tindakan yang dilakukan menjelang bulan ramadhan yang lebih dikenal dengan istilah “Padusan”,” kata Wisnu Haryo Danardono, disela-sela prosesi.
Dikatakan Wisnu, tradisi bersih sumber dalam dua tahun terakhir digelar lebih menarik. Selain sebagai upaya melestarikan tradisi yang sudah ada, sekaligus untuk menarik kunjungan wisatawan. “Dengan kemasan yang lebih menarik diharapkan atraksi wisata ini menjadi salah satu upaya untuk mempromosikan Owabong pada khususnya dan obyek wisata lain di Purbalingga,” kata Wisnu.
Wisnu menambahkan, kegiatan bersih sumber dan ruwat bumi Owabong juga bertujuan memberikan hiburan bagi masyarkat sekitar sekaligus melibatkannya untuk meningkatkan taraf hidup dan ekonomi. “Kegiatan ini juga diharapkan mampu Menumbuhkan rasa memiliki yang lebih tinggi kepada para pegawai, masyarakat sekitar serta steak holder sehingga selalu berupaya untuk memajukan Owabong dan pariwisata Purbalingga,” tambah Wisnu.
Kepala Dinbudparpora Purbalingga Akhmad Khotib mengatakan, kegiatan bersih sumber dan ruwat bumi Owabong sudah menjadi salah satu kalender event atraksi wisata. Kegiatan ini telah tercatat di Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jateng. “Kedepan saya berharap, kegiatan ini akan menjadi salah satu branding kegiatan atraksi wisata di Owabong yang bisa mendatangkan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara,” harap Akhmad khotib. (y)