Digagas Pengembangan Wisata Petik Buah Pumpkins Butternut
PURBALINGGA,– Pumpkins butternut atau dikenal dengan labu madu (cucurbita moschata) mulai dilirik oleh para petnai hortikultura di Purbalingga. Selain nilai jual yang tinggi, budidaya buah yang juga dikenal dengan butternut squash ini juga menarik untuk dijadikan daya tarik wisata agro. Setidaknya hal itu sudah mulai digarap oleh kelompok tani Bangkit Lestari, Desa Pekuncen, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga.
Butternut Squash dengan bentuk seperti bohlam atau kacang tanah memiliki rasa yang manis dengan tekstur lembut. Buahnya mengandung serat yang tinggi, anti oksidan, beta karoten, vitamin A dan B kompleks. Labu madu konon sangat baik jika digunakan sebagai makanan pendamping ASI (Air Susu Ibu ) untuk bayi. “Tingkat kemanisan akan semakin meningkat setelah buah disimpan minimal dua bulan. Daya simpan buah juga lama mencapai enam bulan,” kata Ketua Petani Hortikultura Purbalingga, Bambang Nuryono, Selasa (30/5).
Bambang yang juga pengurus kelompok tani Bangkit Lestari ini mengungkapkan, kelompoknya mulai intens mengembangkan tanaman hortikultura tahun 2015. Tanaman yang dikembangkan semula berupa melon hijau (green melon), kemudian variasi melon lainnya seperti melon kuning varitas Alisa. “Mulai tahun 2017, kami mengembangkan pumpkins butternut dan melakukan ujicoba bawang merah. Untuk pumpkins butternut ternyata hasilnya lumayan bagus. Pangsa pasarnya juga tidak kesulitan. Konsumen rata-rata kalangan menengah keatas,” kata Bambang Nuryono yang akrab dipanggil Yoyon ini.
Atas keberhasilan budidaya labu madu ini, Yoyon bersama teman-teman juga mencoba menggagas untuk tempat wisata atau agrowisata petik buah labu. “Jika di beberapa tempat di Purbalingga ada wisata petik buah jambu, petik stroberi, kami mencoba mengembangkan agrowisata petik buah labu madu. Mungkin bentuknya yang unik dan belum banyak ditanam petani sehingga sangat unik,” kata Yoyon.
Diungkapkan Yoyon, dukungan pengembangan agrowisata petik buah labu madu sangat memungkinkan. Apalagi Desa Pekuncen berada disebelah desa wisata Limbasari yang dikenal dengan kampong batiknya. Desa Pekuncen juga merupakan bagian hulu sungai Klawing yang sering digunakan untuk rafting. “Prasarana jalan juga sangat mendukung, untuk mencapai kebun kami sangat mudah. Tempat parkir luas karena dekat dengan lapangan sepakbola,” kata Yoyon.
Yoyon mengaku belum menyiapkan harga paket untuk agrowisata petik buah labu madu ini. Saat ini, kelompok masih sebatas menjual dengan harga sekitar Rp 20 ribu per kilogram. Harga ini tentu jauh dibawah harga di mall. Di Jakarta saja harga sudah bisa mencapai antara Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu per kilogram. “Untuk tahap awal, jika ada pengunjung yang datang untuk berfoto-foto dipersilahkan. Jika ada yang akan membeli juga dipersilahkan. Selain buah labu madu, ada juga labu kuning, labu hijau dan tanaman hortikultura lainnya,” ujar Yoyon.
Bupati Purbalingga Tasdi, SH, MM mengaku tertarik dan memberikan apresiasi atas keberhasilan kelompok tani Bangkit Lestari mengembangkan tanaman yang berbeda dengan komoditas lain yang dikembangkan petani pada umumnya. “Pemkab akan mendukung gagasan pengembangan agrowisata petik petik buah di Desa Pekuncen ini. Ini tentunya akan semakin melengkapi wisata petik buah jambu di Desa Karangcengis, Kecamatan Bukateja dan juga wisata petik buah stroberi di desa wisata Serang, Kecamatan Karangreja,” kata Tasdi. (yit)
PUMPKINS BUTTERNUT : Budidaya pumpkins butternut atau labu madu selain menjanjikan secara ekonomi, juga memiliki daya tarik untuk dikembangkan sebagai agrowisata. (*)
Pumpkins butternut — labu yg berbentuk seperti kacang.
Melon warna kuning varietas Alisa.