Sirau, Potensial Jadi Wisata Alam Petualangan

05 sirau2PURBALINGGA (HUMAS)  – Anggota Komisi III DPRD Purbalingga, Karseno mengusulkan keindahan alam di Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, bisa dijadikan sebagai wisata petualangan. Di Sirau terdapat hutan yang ditumbuhi pepohonan lebat, lembah dengan ngarai yang menakjubkan, ada air terjun, suasananya sejuk, dan juga ada puluhan batu artefak  peninggalan zaman Paleolitikum.

“Pemkab melalui Dinbudparpora barangkali bisa mulai mengkaji Desa Sirau sebagai salah satu obyek wisata alam petualangan. Potensi alamnya sungguh luar biasa, seperti layaknya di dalam hutan. Sementara, sarana jalan juga sudah baik,” kata Karseno disela-sela rapat pembahasan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS)  dengan Dinbudparpora di ruang komisi III, Jum’at (24/10) sore.  Rapat tersebut dipimpin ketua komisi III Achmad Syabani.

Dikatakan Karseno, Desa Sirau sebelumnya memang merupakan desa terpencil dan terisolir. Untuk mencapai desa itu, harus menempuh perjalanan kaki beberapa jam. Namun, situasi itu kini sudah berubah. Jalan aspal menuju desa yang berbatasan dengan wilayah Kecamatan Karangjambu, sudah baik.  “Prasarana jalan yang merupakan infrastruktur pendukung saya kira sudah sangat memadai, tinggal memoles dan menjual keindahan alam itu tanpa merusak alamnya. Masyarakat juga siap untuk mendukungnya,” ungkap Karseno.

Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si mengungkapkan, potensi Desa Sirau sebagai wisata petualangan memang sangat memungkinkan dikembangkan. Hutan yang masih rimbun dengan suara burung dan gemercik air menambah suasana damai di desa itu. “Beberapa waktu lalu, kami sempat mengajak konsultan wisata dari Semarang untuk mengunjungi desa itu, dan ternyata konsultan itu menyebut jika Sirau bisa dijadikan wisata minat petualangan berburu babi hutan. Beberapa hari kemudian, konsultan tersebut mencoba menjual paket wisata berburu babi hutan dan menjelajah hutan, ternyata luar biasa responnya,” kata Prayitno.

Prayitno menyambut positif usulan dari Komisi III untuk menjual potensi alam Desa Sirau sebagai wisata alam petualangan. “Kemasan wisata ke Sirau tidak perlu dibangun sarana lain, suasana alam dan kondisi apa adanya yang justru menjadi daya tarik jika berkunjung ke Sirau,” kata Prayitno.

Prayitno mencontohkan, paket wisata yang dijual cukup wisata petualangan dengan menyusuri hutan, berburu babi hutan, menikmati air terjun. Kemudian masuk ke perkampungan penduduk untuk melihat perajin sapu glagah dan penyulingan minyak nilam. Sajian makanan cukup tradisional seperti cimplung kelapa muda atau ketela pohon. “Wisata minat petualangan saat ini cenderung digemari wisatawan, dan Desa Sirau menurut kami sudah bisa untuk dijual bagi wisatawan,” ujarnya.

Prayitno menambahkan, temuan sekitar 30 batu artefak peninggalan zaman Paleolitikum di kawasan Pegunungan Lumbung di desa itu juga bisa menambah daya tarik wisatawan. Di lokasi yang berbatasan dengan Desa Kramat, Kecamatan Karangmoncol, setidaknya terdapat batu yang berbentuk dolmen, altar, meja, kursi, dan phalus. Ada juga bentuk seperti Lingga dan batu bergerigi. Benda-benda itu diyakini dibuat oleh manusia jaman pra-sejarah. “Di lokasi tersebut diyakini merupakan peninggalan jaman Paleolitikum, sekitar 1.500 tahun sebelum Masehi. Potensi ini akan menambah daya tarik wisata jika berkunjung ke Sirau,” tambah Prayitno. (*)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *