Pemkot Padang Panjang Kagumi Manajemen Owabong

Pemkot Padang Panjang kunjungi Owabong

PURBALINGGA – Pemerintah Kota Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menganggumi manajemen pengelolaan obyek wisata air Bojongsari. Dari asset awal tahun 2005 sebesar Rp 13,5 miliar, kini Owabong sudah memiliki asset sekitar Rp 60 miliar. Sementara pendapatan kotor tahun ini ditarget sekitar Rp 29 miliar, dan pendapatan disetor ke kas daerah sebagai PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebesar Rp 3,5 miliar.

“Kami sangat kagum dengan perkembangan pariwisata di Purbalingga, khususnya Owabong. Walikota kami yang sempat memamerkan keberhasilan Owabong dalam suatu rapat, bahkan langsung memerintahkan untuk belajar ke Purbalingga,” kata Sekretaris Kota Padang Panjang, Budi Hariyanto, disela-sela kunjungan ke Owabong, Jum’at (28/3). Rombongan diterima oleh Manajer Humas Owabong Agus Dwiantoro dan Kabid Pariwisata Dinas Kebudayaan  Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Ir. Prayitno, M.Si.

Dikatakan Budi Hariyanto, Kota Padang Panjang telah memiliki water park ‘Minang Fantasi’ (Mifan). Obyek wisata ini kerjasama Pemkot dengan pihak swasta. Pemkot menyewakan lahan seluas 13 hektar selama 30 tahun. Setiap tahun  Pemkot menerima pendapatan Rp antara 1,5 – Rp 2 miliar yang diperoleh dari pendapatan 5 persen dari tiket masuk. Setelah 30 tahun, wahana tersebut milik Pemkot.

“Kerjasama ini kami nilai belum memberikan keuntungan maksimal kepada Pemkot dan banyak kelemahannya. Pemkot tidak bias ikut campur menentukan tarif. Disisi lain, masyarakat kami keberatan dengan tiket masuk Rp 30 ribu, belum termasuk tiket lain saat menikmati wahana yang ada di dalam Mifan. Tanah yang disewakan merupakan tanah adat, dan warga beranggapan jika sudah menyewakan tanah itu berarti bebas menikmati wahana yang ada,” kata Budi Hariyanto.

Atas potensi air yang tersedia melimpah, Pemkot Padang Panjang berencana membangun sendiri wahana baru di lahan seluas 19 hektar. Wahana itu sebagai perluasan kolam pemandian umum Lubuk Mata Kucing. Obyek ini berada di dataran tinggi dan diapit oleh Bukit Surungan dan jaringan sungai Batang Anai. “Dari sisi potensi keindahan alam sangat mendukung, begitu juga dengan ketersediaan air. Hanya saja, air di tempat itu dingin sekali, suhunya paling tinggi 22 derajat celcius. Disisi lain, sumberdaya manusia untuk mengelola sebuah obyek wisata juga masih terbatas,” kata Budi Haryanto.

Budi mengaku akan mempertimbangkan pendirian perusahaan daerah seperti halnya yang dilakukan oleh PD Owabong. “Setelah berkunjung ke Owabong, kami semakin mantap untuk membangun obyek wisata baru dalam wadah perusahaan daerah,” tambah Budi.

Agus Dwiyantoro mengungkapkan, pihaknya sudah banyak menerima kunjungan studi banding, studi komparatif maupun kunjungan kerja dari sejumlah daerah. Mereka sudah banyak yang mencontoh Owabong. Namun, beberapa diantaranya ada yang gagal, dan bahkan menawarkan peralatan yang ada ke pihak Owabong. “Kabupaten atau kota lain yang studi banding bagi kami bukan akan menjadi pesaing, tetapi justru menjadi mitra untuk mengembangkan jejaring promosi wisata. Antar obyek wisata jelas memiliki filosofi yang berbeda, dan itu yang tidak bias dicontoh oleh wilayah lain,” kata Agus.

Agus menambahkan, saat ini manajemen Owabong mengelola sejumlah unit bisnis mulai dari waterpark, Sanggaluri Park, cottage, food and Beverly dan  taman kota Usman Janatin. “Dari lima unit ini, jumlah karyawan yang ada 167 orang, dan pendapatan kotor tahun ini ditarget Rp 29 miliar,” kata Agus.

Sementara itu Kabid Pariwisata Dinbudparpora Prayitno mengatakan, Owabong dibangun pada tahun 2003 – 2004 dengan anggaran Rp 13,5 milyar. Luasan lahan yang dipakai saat itu sekitar 4,8 hektar, dan kini total luas sudah mencapai 7, 8 hektar. Owabong dibuka soft opening pada 1 Maret 2005 dan Grand Opening oleh Gubernur Jateng saat itu Mardiyanto.  Jika dihitung biaya pembangunan awal sebesar Rp 13,5 miliar, pada tahun 2008 sudah break event point. Owabong juga ditetapkan sebagai destinasi andalan wisata di Jateng kategori wisata buatan.

“Tahun 2008 menjadi puncak kunjungan ke Owabong yang mencapai 1,14 juta pengunjung, atau dibawah pengunjung Candi Borobudur. Seiring dengan persaingan yang ketat, pengunjung Owabong mulai menurun, dan tahun 2013 tercatat 895.626 pengunjung. Namun, meski pengunjung turun dengan manajemen Owabong yang solid dan selalu menampilkan wahana baru setiap tahunnya, justru pendapatannya terus meningkat,” kata Prayitno. (y)

 

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *