Menikmati Ketupat Ayam Kampung di Warung Ninine

warung makan NininePURBALINGGA – Tempatnya lumayan jauh di pelosok desa, tepatnya Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, Purbalingga. Namun, warung makan yang satu ini perlu menjadi salah satu tujuan kuliner anda. Suasana rumah makannya tidak seperti rumah makan pada umumnya, tetapi seperti layaknya rumah di kampung. Warung makan rawisan ‘Ninine’ begitu namanya. Ninine artinya, neneknya.

“Dulu nini (nenek) saya pernah berjualan masakan. Orang kalo makan disini menyebutnya sebagai warung milik ninine, akhirnya, sekarang warung makan ini saya namakan ‘Ninine’.  Biar kesan dekat dengan pembeli,” kata Narsin, pemilik warung makan itu.

Menurut Narsin, neneknya sendiri sudah meninggal lima tahun lalu. Nama Ninine karena sudah banyak dikenal, maka dipakai terus sampai sekarang.

Menu yang disajikan khas opor ayam kampung. Masakannya berbeda dengan opor di rumah makan besar di kota. Daging ayam kampung dimasak sampai lunak. Santan dilengkapi bawang goring. Tidak ada sajian nasi, tetapi diganti kupat. Oleh karenanya di spanduk yang berada di depan sudah menyebut ketupat ayam kampung. Selain itu, ada sambal khas desa yang lumayan nylekamin untuk dinikmati bersama opor ayam itu. Jika yang suka makan petai, juga tersedia petai rebus.

“Kalau ada yang minta petai bakar ya kami siap membuatnya. Yang penting pelanggan bisa puas menikmati masakan kami,” katanya.

Pelanggan yang suka kletikan, bisa juga menikmati rempeyek kacang khas desa. Narsim tidak menghitung berapa lembar rempeyek yang dimakan. Ibaratnya, rempeyek tersebut sebagai bonus.

Soal harga, tak perlu khawatir. Boleh terbilang masih miring disbanding rumah makan di kota. Karena harga yang tidak mahal itu, maka banyak pelanggan dari kota yang dating ke warung ini. “Kalau hari minggu atau libur, lumayan ramai mas. Saya dan istri bisa masak tujuh ekor ayam,” ujar Narsim.

Bahan ayam diperoleh berupa ayam hidup di pasar Kutasari atau tempat lain. Ayam yang dipotong semuanya ayam jago. “Semua kami masak sendiri dengan bumbu seperti layaknya masakan desa,” ujar Narsim.

Pelanggan tidak perlu khawatir lupa menghitung berapa potong ayam yang telah dimakannya. Penjual sudah menghitung berapa potong ikan yang disajikan, setelah pembeli selesai makan baru dihitung berapa sisanya.

Salah seorang pengunjung, Sugiman mengaku sering mengunjungi tempat ini. Ia juga seringkali mengajak teman-teman kantornya di Setda Purbalingga untuk menikmati makan siang di warung makan Ninine. “Rasanya cocok dan harganya juga tidak begitu mahal. Saya sering makan disini bersama rekan-rekan kerja,” ujar Sugiman yang saat itu ditemani beberapa rekan kerjanya.

Lokasi warung makan ini tidak jauh dari situ Tirto Marto. Sumber mata air (situ) ini menjadi embrio tempat wisata dengan mengandalkan sumber mata air. Tidak jauh dari mata air ini ada salah satu sumber yang digunakan oleh PDAM.  Jadi untuk mencari warung makan ini, jika kesulitan cukup menyebut situ Tirto Merto. Penduduk setempat pasti sudah mengetahuinya. (*)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *